Pages

Tuesday, June 29, 2010

Aku Tidak Mengerti

Kulihat binar di cerah matamu
ketika aku mengizinkanmu ikut.
Kau bergegas mengambil jaket
dan menemuiku lagi.
Kau banyak tersenyum,
seringkali tertawa,
malu-malu.
Kau membantuku membawa tikar
atau merapikan alat gambar dan kertas lipat
dan kau tersenyum
dan aku menanyakan ujianmu
yang kau jawab dengan hening-
hanya menunduk tersipu.
Kau datang lagi
duduk di dekatku, menggambar:
rumah dan beberapa pohon,
mengacuhkanku.
Dan hari itu:
kita bertemu di jalan
kau mencium tanganku
dan aku menanyakan tentang sekolahmu
"saya mau ke Garut." jawabmu, singkat.
dan sesuatu dalam hatiku tercabut
menyisakan selingkup tanya dalam hati,
tentangmu yang tak pernah dapat kueja.


01.00 am
29 Juni 2010

Aku Belum Bisa

Aku belum bisa
mengujarkan namamu lewat celah hatiku,
pun memandangmu dari jendela sanubari.
Kalaupun dapat,
aku ingin tetap menyulam gemintang,
atau menjalin untaian pelangi dalam ruang kalbu.

Aku belum dapat
memaksa galaksimu memenuhi bima sakti tempatku berkelana
pun mengizinkan bulanmu menyapa mentariku.
Seandainya mungkin,
aku masih ingin duduk sendiri di pekarangan,
menikmati langit, menunggu kelam tenggelam.

Dan aku tidak bisa
menuliskan kisahmu pada buku hidupku
sebelum terang menyelimuti luasnya duniaku.



12.48 am
29 Juni 2010

Monday, June 28, 2010

Aku Belajar dari Mereka

Hari itu, Sabtu 26 Juni 2010.

Aku malas hari ini. Ya Allah, mudah-mudahan Engkau segera menghapus perasaan ini...

Aku habiskan pagi ini dengan lari pagi bersama keluarga induk semangku. Ya, rasanya kami sudah seperti keluarga betulan. Tanpa terasa, sudah hampir jam sembilan dan aku harus bersiap-siap berangkat ke sekre. Hm, kupikir aku tak akan bisa sampai di sekre tepat pukul sepuluh. Secara, aku belum bersiap-siap. Benar saja, jam sepuluh aku baru sampai di Panorama dan baru naik bis setengah jam setelahnya. Hm, aku mendarat di Tegalega jam sebelas tiga puluh lima dan menyambung lagi naik angkot untuk menjangkau sekre. Will they waiting for me? Aku tak berharap banyak. Aku sudah sangat terlambat.

Tidak seperti biasanya, aku turun selepas Jalan Pasir Salam. Sengaja, kupikir kalau mereka sudah pulang lantaran kelelahan menungguku, aku bisa menemukan mereka di dekat tempat tinggal mereka. Namun, begitu aku turun dari angkot Elang-Gedebage, retinaku menangkap bayangan yang coba kuterjemahkan itu mereka. Dari arah Jalan Pasir Luyu, aku melihat sekelompok anak kecil berjalan, menuju pos. Hm, aku benar-benar berharap itu mereka. Maka kulangkahkan kakiku menuju pos. Retinaku juga proses kognisiku tidak salah. Itu benar-benar mereka.

Salah satu dari mereka melihat ke arahku.
"Kak Intaaan!!"
"Eh, Kakak... dikira teh bukan Kakak..." ujar Kaka, mungkin pangling melihat penampilanku yang hari itu sedikit berbeda.
"Kita nungguin lho Kak, tadi di sekre."
"Iya, saya dari jam setengah sembilan. Putri, Wulan, sama yang lainnya udah pulang duluan."
"Kakak kenapa lama?" mereka berebut berkata. Deg. Heu, aku merasa sangat bersalah.
"Maaf, ya... tadi macet..." aku berbohong sedikit. Ya Allah, aku malu sekali!
"Kita shalat yuk!" ajakku mendengar adzan dzuhur berkumandang.
"Shalatnya di mana, Kak?"
"Al-Hujuraat."
"Ntar dulu ya Kak, capek."
"Saya pake celana pendek, Kak.."

Akhirnya aku membiarkan mereka beristirahat dulu. Mereka berceloteh banyak sekali, tentang Dimas yang akan ikut lomba mewarnai besok, Kaka yang ranking dua-dikalahkan oleh Yanti, Rangga yang siang ini akan berangkat ke Garut, Julian yang menagih rapotnya, dan cerita-cerita khas anak-anak lainnya. Aku tertawa lagi. Di sepanjang jalan menuju sekre, mereka masih berceloteh dan bermain. Hm, anak-anak... rasanya senang melihat wajah-wajah tanpa beban itu.
Kami sampai di sekre, aku memberikan rapot pada Aldi, Julian, Kaka, Rangga, Taufik, dan Putri. Hari ini kami hanya belajar do'a masuk dan keluar rumah yang harus adik-adik itu hapalkan di rumah. Mereka menulis do'a tersebut di kertas dan menghiasnya dengan kertas lipat. I like being with them...
Namun, hari itu juga aku harus mengatakan sesuatu pada mereka. Kuliah Kerja Nyata yang akan kujalani bulan depan memaksaku untuk meninggalkan mereka dan aku sebenarnya tidak terlalu suka ini terjadi.
"Gimana adik-adik? Kak Intan, Kak Siti, sama Kak Hendrik nggak bisa nemenin adik-adik belajar bulan depan sampai Agustus..."
"Berarti nanti nggak bisa buka puasa bareng dong Kak... emang Kakak kemana?"
"Kakak ada kuliah, Dimas..."
"Ya udah aja, kita libur dulu aja nanti mulai lagi abis lebaran."
"Hm, gitu ya...? Terus minggu depan kita ngapain ya?" ujarku dan mereka langsung request untuk renang, jalan-jalan dan sebagainya. Mereka tertawa lagi.

Hari ini, pertemuan kami singkat sekali. Aku akan pergi ke Sukabumi, sedangkan mereka masih ingin di sekre. Aku malu sekali pada mereka. Mereka begitu semangatnya datang ke sekre sementara pagi ini aku begitu malasnya. Mereka semangat sekali untuk belajar bersamaku sementara aku terlalu egois dan pergi meninggalkan mereka.
Adik-adik, maafin Kakak ya??

Vanilla Twilight

The stars lean down to kiss you
And I lie awake and miss you
Pour me a heavy dose of atmosphere

'Cause I'll doze off safe and soundly
But I'll miss your arms around me
I'd send a postcard to you, dear
'Cause I wish you were here

I'll watch the night turn light-blue
But it's not the same without you
Because it takes two to whisper quietly

The silence isn't so bad
'Til I look at my hands and feel sad
'Cause the spaces between my fingers
Are right where yours fit perfectly

I'll find repose in new ways
Though I haven't slept in two days
'Cause cold nostalgia
Chills me to the bone

But drenched in vanilla twilight
I'll sit on the front porch all night
Waist-deep in thought because
When I think of you I don't feel so alone

I don't feel so alone, I don't feel so alone

As many times as I blink
I'll think of you tonight
I'll think of you tonight

When violet eyes get brighter
And heavy wings grow lighter
I'll taste the sky and feel alive again

And I'll forget the world that I knew
But I swear I won't forget you
Oh, if my voice could reach
Back through the past
I'd whisper in your ear
Oh darling, I wish you were here

Singing by : Owl City
Thank's for my sister who introduced me to the nice writer and singer

Fireflies

You would not believe your eyes
If ten million fireflies
Lit up the world as I fell asleep
Cuz they fill the open air
And leave teardrops everywhere
You think me rude, but I would just stand and stare

I’d like to make myself believe
That planet earth turns slowly
It’s hard to say that I’d rather stay awake when I’m asleep
Cuz everything is never as it seems

Cuz I get a thousand hugs
From ten thousand lightning bugs
As they try to teach me how to dance
A foxtrot above my head
A sockhop beneath my bed
The disco ball is just hanging by a thread (thread, thread)

I’d like to make myself believe
That planet earth turns slowly
It’s hard to say that I’d rather stay awake when I’m asleep
Cuz everything is never as it seems (when I fall asleep)

Leave my door open just a crack
(Please take me away from here)
Cuz I feel like such an insomniac
(Please take me away from here)
Why do I tire of counting sheep?
(Please take me away from here)
When I’m far to tired to fall asleep

To ten million fireflies
I’m weird cuz I hate goodbyes
I got misty eyes as they said farewell (said farewell)
But I know where several are
If my dreams get real bizarre
Cuz I saved a few and I keep ‘em in a jar

I’d like to make myself believe
That planet earth turns slowly
It’s hard to say that I’d rather stay awake when I’m asleep
Cuz everything is never as it seems (when I fall asleep)

I’d like to make myself believe
That planet earth turns slowly
It’s hard to say that I’d rather stay awake when I’m asleep
Cuz everything is never as it seems (when I fall asleep)

I’d like to make myself believe
That planet earth turns slowly
It’s hard to say that I’d rather stay awake when I’m asleep
Because my dreams are bursting at the seams


Singing by : Owl City

Friday, June 25, 2010

Ikhlas

Ikhlas itu, apa artinya?

Pertanyaan mengenai ikhlas itu tampaknya menjadi topik hangat bagi saya sepekan ini. Beberapa kejadian memang menuntut saya untuk dapat ikhlas menerima apapun yang digariskan. Namun tampaknya, hari ini saya telah belajar mengenai keikhlasan dari seorang sahabat saya.

Siang ini, selepas pleno, rencananya saya dan beberapa orang kawan akan makan siang di salah satu resto tempat makan seafood. Maka kami pun menuju ke tempat tersebut menggunakan angkot Cicaheum-Ledeng. Begitu turun dari angkot dan menyeberang jalan, kawan saya tiba-tiba panik, memeriksa tas juga jaketnya.

"HP saya ketinggalan di angkot... " begitu ia menyimpulkan. Terang saja kami ikut shock, tapi tidak tahu harus bagaimana. Ia meminjam esia saya, ia bilang BBnya masih aktif. Ia mondar-mandir mencari kendaraan. Pak polisi yang kami andalkan nyatanya tidak ada di tempat.
"Kita kejar aja angkotnya!" ujar saya.
"Kamu inget?"
"Hm,, nggak sih..."

Dan akhirnya saya dan kawan saya itu memutuskan untuk mengejar angkot tadi, sementara yang lain kami tinggal. Ternyata sulit sekali mencari ojek di saat genting seperti ini sampai akhirnya kami bertemu seorang bapak yang bersedia membantu.

Seperti adegan di film-film action, kami mengejar angkot yang diduga di dalamnya ada BB kawan saya. Kawan saya sudah melaju terlebih dulu dengan berbekal informasi tentang angkot yang terbatas saya sampaikan : pokoknya sopirnya pake baju merah, yang Intan inget cuma penumpang yang duduk paling belakang laki-laki pake kaca mata sama perempuan pake kerudung kuning.

Saya tertinggal jauh dari motor yang dikendarai kawan saya itu dan pada akhirnya saya yang lebih dulu menemukan angkot tersebut. Hasilnya nihil BB telah raib.
Lantaran kebingungan menghubungi kawan saya ini, saya berjalan menyusuri Siliwangi sampai tiba-tiba esia saya berbunyi. Nomor baru.

"Gimana, Ntan?"
"Udah kok, angkotnya udah ketemu... tapi Hape nya nggak ada."
"Alhamdulillah kalau gitu..." ia menarik napas lega.
"Hape nya nggak ada!" ujaku sekali lagi. Menegaskan.
"Iya nggak apa-apa. Intan di mana?"

Tak berapa lama, kawan saya itu sampai di tempat saya menunggunya. Ia hendak membayar ojek.
"Berapa, A?" tanyanya, mengeluarkan uang lima puluh ribu.
"Udah A, ini dibawa aja semua sama buat ganti pulsa Aa yang saya pake. Makasih ya...?"
"Nggak ada kembaliannya Neng.." si Abang ojek itu memperlihatkan dompetnya.
"Nggak apa-apa, itung-itung saya sedekah."

Saya hanya bengong melihat adegan ini. Duh, rasanya saya tidak akan melakukan hal seperti apa yang kawan saya ini lakukan. Ia sudah dapat musibah, tapi masih tetap bersyukur, bahkan tetap bisa beramal tanpa beban dan tanpa berpikir panjang. Mungkin inilah keikhlasan yang ingin Allah sampaikan pada saya melalui kawan saya itu.

Jum'at, 25 Juni 2010