Pages

Sunday, June 19, 2011

Perasaan Ini

Kembali lagi ke Gegerkalong. Sebenarnya biasa saja, toh saya sudah sering mondar-mandir di sana empat tahun ini, namun akhir-akhir ini tentunya berbeda. Saya memang sudah jarang berkeliaran di sana, tidak seperti dulu. Maka saya ingin menikmatinya, dari mulai mengamati ada jajanan baru apa yang bisa saya cicipi. Ah, jadi ingat… dulu saya pernah membuat satu note yang isinya tentang daftar jajanan di Gegerkalong!

Hm, saya masih punya waktu satu setengah jam sebelum nanti harus menghadiri suatu acara. Namun saya bingung harus kemana, sementara kunci kamar kosan saya tinggal di shelter. Maka jadilah saya terus berjalan, tanpa tujuan yang jelas. Hanya menikmati Gegerkalong sampai nanti adzan Ashar tiba. Nyatanya, seseorang menyapa saya. Itu dua orang kawan saya, sedang menunggu jus yang mereka pesan.

“Mau kemana, Ntan?” tanya kawan saya. Saya malah bingung ditanya macam itu, lha saya memang sedang tidak bertujuan saat itu.
“Ee… enggak tau ni Va, bingung!” ujar saya, sambil nyengir tentunya.
“Udah makan belum? Ke kosan saya yuk! Intan ga usah beli nasi, tinggal lauknya aja. Ya?” ditawari seperti itu saya bergirang hati, alhamdulillaah rezeki. Akhirnya saya membeli lauk makan dan ikut mereka menuju kosan kawan saya.

Hm, sudah lama tidak beraktivitas di sekitaran kampus dan Gegerkalong membuat saya sedikit loading ketika mereka ngobrol. Secara, walaupun saya dan salah satu dari kawan saya ini sama-sama dari Indramayu, namun aktivitas kami berbeda. Dia beraktivitas di LDK sama dengan kawan saya yang satunya, sementara saya asyik dengan dunia saya yang abu-abu. Ya sudahlah, saya ikut saja obrolan dua sahabat ini. Sedikit-sedikit saya paham kok. Hehe…

Tak terasa, waktu Ashar sudah tiba. Kami bertiga shalat tanpa perlu meributkan siapa yang akan jadi imam. Duh, kok tiba-tiba saya jadi merasakan sesuatu ya? Sst, kok shalatnya malah dihantui perasaan macam-macam sih? Astaghfirullaah…

Setelah shalat, saya dan kawan saya pamit. Saya memang harus bergegas, tak ingin telat lagi seperti pekan kemarin. Di jalan, kami bersua sekelompok akhwat jilbaber, salah satunya ada adik tingkat saya. Seperti biasa, kami saling mengucap salam dan bersalaman. Duh, perasaan itu kok datang lagi ya? perasaan itu terus mengganggu saya sampai sore telah lewat. Ah, rasanya ingin sekali mengatakan sesuatu. Mengatakan tentang apa yang saya rasakan.

Bisakah saya menjadi seperti mereka? Bukan sebenar-benarnya menyerupai mereka, namun bisakah saya menjadi ‘akhwat’ seperti mereka? Yang setiap perilakunya akan membuat orang mengingat Allah, yang malam-malamnya dihiasi indahnya bertaqorub bersama Allah, yang lisannya senantiasa terjaga dari sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat, yang keterjagaannya diberkahi, yang semangatnya untuk menyeru Islam tak putus oleh terpaan-terpaan angin, yang persaudaraannya diikat oleh kasih sayang Allah. Duh, rasanya masih jauh sekali diri ini…



gegerkalong, sepanjang jalan bisa kau temukan akhwat-akhwat shalihah.
19 Juni 2011