Pages

Friday, June 25, 2010

Ikhlas

Ikhlas itu, apa artinya?

Pertanyaan mengenai ikhlas itu tampaknya menjadi topik hangat bagi saya sepekan ini. Beberapa kejadian memang menuntut saya untuk dapat ikhlas menerima apapun yang digariskan. Namun tampaknya, hari ini saya telah belajar mengenai keikhlasan dari seorang sahabat saya.

Siang ini, selepas pleno, rencananya saya dan beberapa orang kawan akan makan siang di salah satu resto tempat makan seafood. Maka kami pun menuju ke tempat tersebut menggunakan angkot Cicaheum-Ledeng. Begitu turun dari angkot dan menyeberang jalan, kawan saya tiba-tiba panik, memeriksa tas juga jaketnya.

"HP saya ketinggalan di angkot... " begitu ia menyimpulkan. Terang saja kami ikut shock, tapi tidak tahu harus bagaimana. Ia meminjam esia saya, ia bilang BBnya masih aktif. Ia mondar-mandir mencari kendaraan. Pak polisi yang kami andalkan nyatanya tidak ada di tempat.
"Kita kejar aja angkotnya!" ujar saya.
"Kamu inget?"
"Hm,, nggak sih..."

Dan akhirnya saya dan kawan saya itu memutuskan untuk mengejar angkot tadi, sementara yang lain kami tinggal. Ternyata sulit sekali mencari ojek di saat genting seperti ini sampai akhirnya kami bertemu seorang bapak yang bersedia membantu.

Seperti adegan di film-film action, kami mengejar angkot yang diduga di dalamnya ada BB kawan saya. Kawan saya sudah melaju terlebih dulu dengan berbekal informasi tentang angkot yang terbatas saya sampaikan : pokoknya sopirnya pake baju merah, yang Intan inget cuma penumpang yang duduk paling belakang laki-laki pake kaca mata sama perempuan pake kerudung kuning.

Saya tertinggal jauh dari motor yang dikendarai kawan saya itu dan pada akhirnya saya yang lebih dulu menemukan angkot tersebut. Hasilnya nihil BB telah raib.
Lantaran kebingungan menghubungi kawan saya ini, saya berjalan menyusuri Siliwangi sampai tiba-tiba esia saya berbunyi. Nomor baru.

"Gimana, Ntan?"
"Udah kok, angkotnya udah ketemu... tapi Hape nya nggak ada."
"Alhamdulillah kalau gitu..." ia menarik napas lega.
"Hape nya nggak ada!" ujaku sekali lagi. Menegaskan.
"Iya nggak apa-apa. Intan di mana?"

Tak berapa lama, kawan saya itu sampai di tempat saya menunggunya. Ia hendak membayar ojek.
"Berapa, A?" tanyanya, mengeluarkan uang lima puluh ribu.
"Udah A, ini dibawa aja semua sama buat ganti pulsa Aa yang saya pake. Makasih ya...?"
"Nggak ada kembaliannya Neng.." si Abang ojek itu memperlihatkan dompetnya.
"Nggak apa-apa, itung-itung saya sedekah."

Saya hanya bengong melihat adegan ini. Duh, rasanya saya tidak akan melakukan hal seperti apa yang kawan saya ini lakukan. Ia sudah dapat musibah, tapi masih tetap bersyukur, bahkan tetap bisa beramal tanpa beban dan tanpa berpikir panjang. Mungkin inilah keikhlasan yang ingin Allah sampaikan pada saya melalui kawan saya itu.

Jum'at, 25 Juni 2010

1 comment: