Pages

Friday, January 07, 2011

Pak Asrori

Hari sudah beranjak sore ketika itu. Saya baru saja keluar dari warnet, hendak menuju DT menunggu Nukeu, kawan KKN saya saat sosok itu memaksa saya untuk berpikir. Sosok itu muncul begitu saja dan ia memang memaksa kognisi saya bekerja lebih keras sampai akhirnya saya ingat sesuatu tentang beliau. Karena memang tidak terlalu mengenal beliau, maka sayapun tidak berusaha menyapa. Saya langkahkan kaki lebih jauh ketika Nukeu mengirimkan sepotong pesan ke ponsel saya yang membuat saya memutar arah. Dan saya berpapasan lagi dengan orang itu. Saat itu, saya hampir ingat beliau secara utuh.

hari memang telah sangat sore ketika saya (lagi-lagi) beranjak dari warnet hari itu. Tak menyangka, ternyata saya harus bertemu lagi dengannya, yang sepanjang sore itu seolah memang harus bertemu.
"Yang dari Cirebon ya?" tanyanya begitu melihat saya.
"Bukan Pak, saya dari Indramayu..." jawab saya.

Nyatanya, mungkin Pak Asrorijuga berusaha keras untuk mengingat saya, orang yang sepanjang sore itu beberapa kali ia jumpai.

Pak Asrori, orang yang secara tak sengaja hadir dalam sekelebat hidup saya. Beliau adalah salah satu peserta dalam salah satu seminar yang melibatkan saya sebagai panitia beberapa tahun lalu. Beliaulah yang menangkap pesan dari apa yang tidak saya tunjukkan. Beliau mengetahui sisi lain dari diri saya semenjak pertama kali bertemu. Beliau sosok bapak yang mengajarkan saya beberapa hal di hari pertama kami bertemu, yang juga menjadi hari terakhir diskusi panjang kami tentang hidup. Pak Asrori, sebenarnya bukan orang yang spesial atau berpengaruh dalam kehidupan saya, namun ialah orang yang memerciki saya akan suatu kesadaran, kesadaran akan diri saya, kesadaran akan kehidupan...


7 Januari 2010

No comments:

Post a Comment