Pages

Wednesday, March 09, 2011

Pertama, yang Terakhir

Aku masih bermalas-malasan saat itu. Seperti yang kau tahu, itu yang selalu kulakukan, setiap pagi, setiap kali aku pulang. Dan kaupun biasanya seperti itu.
Kau tiba-tiba saja bergumam, menyuarakan sesuatu yang tak pernah kudengar sebelumnya. Kau tahu, sayang? Aku merelakan kantukku pergi, agar aku dapat bersamamu pagi ini.

Ingin jalan-jalan, ujarmu. Dan aku bergegas mengganti pakaianku, menawarkan diri untuk menemanimu melalui pagi, dari sini. Dari tempat yang tak lama lagi akan kita tinggalkan.

Dan kita memang berjalan, mensesapi tiap belaian udara. Menunjuk bintang fajar yang rupanya masih bertengger di langit. Menikmati orang-orang yang hilir mudik ke pasar. Duduk memandang jauh, pada buih-buih air yang menghentak-hentak waduk.

Dan kita memang berjalan. Dan kau berjalan dengan cepatnya ketika melewati kandang sapi itu, dan aku terantuk batu berkali-kali. Kau tertawa, puas. Dan aku ingin sekedar merangkulmu.

Dan kita menghampiri pedagang kue itu, tempat kedua orang tua kita selalu membelikannya untuk kita setiap pagi. Lalu kita menyusuri kota, mencari nasi jamblang yang kita rindukan. Dan kita membawanya pulang, kupikir akan menyenangkan seandainya kita bisa sarapan bersama di rumah bercat hijau itu.

Kau tahu, sayang? Ini pagi yang meninggalkan senyum di hatiku.




mengingat pagi terakhir di sana, dan untuk pertama kalinya kita melalui pagi bersama
(6 Maret 2011)
Sekar Indira Kuswoayuning

9 Maret 2011

No comments:

Post a Comment